Semua
orang pasti ngerasain hal ini. Dari anak kecil yang ga tau apa-apa, anak-anak
remaja, orang dewasa, sampai kakek-kakek dan nenek-nenek semuanya ngerasasain
hal ini.Cinta. Cinta bisa bikin kita
sedih kalau cinta kita nggak berbalas sama orang yang kita suka. Cinta juga
bisa bikin kita seneng kalu cinta kita berbalas sama orang yang kita suka.
Sesederhana itu. Ya memang itu kelihatannya sepele. Tapi berdampak besar bagi
kehidupan kita. Warna-warni kehidupan cinta mungkin bisa membuat mereka bahagia.
Tapi kenapa tidak buat aku ?
Kamu.
Ya, kamu. Kamu harus tanggung jawab atas rasa yang ada di hatiku. Kamu udah
bikin hatiku deg-degan waktu aku deket kamu dan juga waktu aku liat kamu main
gitar. Entah mengapa aku bisa suka sama kamu. Dari segi fisik kamu biasa aja.
Tapi aku selalu harus bisa mengontrol jantungku supaya tidak deg-degan terus
salah tingkah.
Suatu
hari aku duduk dengan si dia. Satu
bangku dengannya. Pertama aku biasa saja. Tapi setelah aku denger dia main
gitar untukku. aku mulai merasakan sesuatu. Ya, jantungku berdegup kencang
entah mengapa. Dan aku salah tingkah dan terus melihat tangannya yang lihai
memetik senar-senar gitar itu. Tiba-tiba dia berhenti bermain gitar dan
bertanya padaku. “Woy, kamu kenapa ?”. “hah, kenapa ??” jawabku gelagapan. “kamu
kok ngelamun ? ngeliat apa sih ?” timpalnya lagi. “hah, gapapa kok, sudah
lupakan-lupakan.” Jantungku terus berdegup tak terkendali. Hari itu berakhir
dengan kesenangan tersendiri di sudut hatiku.
Semenjak
itu aku sering sebangku dengannya. Aku menjadi akrab dengannya. Entah mengapa
aku nggak pernah merasa bosan padahal aku setiap hari aku duduk dengan dia. Aku
merasa nyaman dengannya. Ia selalu mengerti aku. Selalu memperingatkanku jika
aku melakukan sebuah tingkah yang salah. Aku selalu mendengarkan apa yang ia
katakan. Aku tidak pernah merasa bosan. Entah apa yang terjadi padaku. Padahal
aku adalah tipe orang yang gampang bosan dengan sesuatu.
Tapi
entah mengapa juga. Setelah beberapa bulan aku dekat dengannya aku jadi sering
bertengkar. Padahal masalahnya juga masalah sepele. Tapi itu bisa bikin aku
sama dia berantem terus diem-dieman sama dia selama berhari-hari. Kadang aku
bisa galau sendiri mikirin masalah itu. Sejauh itu aku hanyalah seorang teman
baginya. Lalu Ia berubah jadi atos sama aku. Aku nggak ngerti sebenernya ini
skenario apa ? Sampai akhirnya kenaikan kelas pun terjadi. Aku dan dia sudah
nggak sekelas lagi.
Sms
pun jarang banget. Sampai akhirnya ada acara kelas 8 ku dulu. Hari itu aku lagi
nggak enak badan. Pileknya nggak berhenti-berhenti. Selama acara itu kliatannya
aku yang paling nggak happy. Setelah semua acara selesai dan semua pulang,
hanya tertinggal beberapa orang aku memesan satu botol bir. Aku minum sedikit.
Sisanya di habiskan temanku. Setelah itu aku pulang. Setelah di mobil aku
memikirkan dia sambil menunggu smsnya. Entah ada kekuatan apa ia tiba-tiba sms
aku. Menanyakan keadaanku. “Kamu sakit?” tanyanya. “Iya” jawabku singkat. “Sakit apa ?” tanyanya lagi.
“Cuma flu kok, sama ketambahan minum bir tadi jadi agak pusing” jawabku lagi. “Hah
? kamu minum lagi ?” jawabnya mungkin sedikit kaget. “iya, tenang cuma dikit
kok hhe” jawabku menenangkan. “ Okedeh, GWS ya :)” jawabnya lagi. “oke makasih :)” balasku. Ya,
hanya sampai disitu saja nggak lebih.
Sampai
suatu hari dia memintaku berubah. Aku turuti semua yang dia ingin. Sebenernya
aku nggak tahan dengan semuanya. Ciyus deh cungguh. Aku seperti sedang
memainkan sebuah sandiwara yang aneh. Sosok aku yang diam dan kalem. Itu bukan
aku ! Aku bukan cewek yang hanya suka berdiam diri. Lalu ia memutuskan untuk
hanya sekedar bersahabat denganku. Mau nggak mau aku harus menerimanya.
Jujur
aku sedih, ia menjadi milik orang lain. Aku kecewa. Tapi sudahlah inilah resiko
mencintai seseorang. Harus bisa menerima sebuah kenyataan pahit atau kenyataan
yang lainnya. Menerima jika cintanya tak berbalas. Aku hanya berdoa semoga ia bahagia dengan
seseorang diluar sana yang lebih baik dariku. Aku hanya ingin bertanya padamu.
Masih adakah tempat untukku di sudut relung hatimu ?